Keriting Alami Ala Anak 90-an

04:38

 Membuat Rambut Keriting Secara Alami Menggunakan Daun Waru



Masa kecil emang masa yang paling indah terlebih bagi anak-anak yang tumbuh besar di era 90-an. Masa itu teknologi belum semaju sekarang, apalagi kalau di desa macem tempat tinggal saya, masih amat sangat jarang sekali pakek banget. Hiburan utama televisi dan radio. Karena masih minimnya teknologi di masa itu, kalau bermain kami biasa memanfaatkan apa yang ada di sekitar. Mainan pada masa itu juga udah ada, tapi seringnya kami main dengan alam, dengan apa yang ada di alam.

Zaman dulu, cowok cewek bisa main bersama. Misalnya, main layangan bareng, masak-masakan di kebon. Ini dulu jadi semacam kegiatan wajib kalau pas liburan. Jadi kita bikin tungku dari batu atau batu bata, diisi kayu trus dibakar dan kita masak di atasnya pakek alat dapur dari rumah. Sehabis masak-masakan pasti kena omelan Ibu karena peralatan dapur jadi pada item karena dipakek masak di tungku. Tapi walau gitu nggak ada kapoknya, tiap liburan pasti ada kegiatan masak-masak walau sekali. Kadang yang dimasak tuh mi instan doang, tapi udah happy banget. Ala-ala kamping gitu. Kalau dulu sih karena di markas lama Sarang Clover kebonnya luas dan banyak pohon, kadang kita bikin pondok juga di kebon atau sok-sokan kayak bikin rumah pohon. Jadi kangen. Hiks!

Karena mainnya di alam, kita pun banyak menggunakan bahan dari alam. Semisal dulu bikin kalung bisa dari daun singkong, anting dari bagian tanaman labu siam, pistol dari pelepah pisang, dan masih banyak lagi. Dalam tulisan kali ini, saya akan membahas salah satu... boleh dibilang permainan juga yang sering kami mainkan yaitu mengeriting rambut dengan menggunakan tangkai dari daun waru. Tahu nggak sih pohon waru?


Mengutip dari Wikipedia, waru atau yang dikenal juga dengan sebutan baru (Hibiscus tiliaceus) termasuk dalam Malvaceae atau suku kapas-kapasan. Tanaman ini biasanya banyak ditemui di tepi jalan karena salah satu fungsinya emang buat peneduh. Eh? Sebentar! Hibiscus, berari waru masih satu keluarga ama kembang sepatu dong ya? Tapi emang bunganya mirip sih. Waru kuning, kembang sepatu merah. Yang dimanfaatkan dari pohon waru biasanya adalah kayunya untuk bahan bangunan atau peralatan rumah tangga.



Bagi kami anak 90-an, pohon waru juga memberikan keuntungan tersendiri yaitu tangkai dari daunnya bisa dimanfaatkan untuk mengeriting rambut. Beneran? Beneran dong! Bisa tonton videonya di sini gimana cara mengeriting rambut secara alami dengan menggunakan tangkai daun waru.

Saya sendiri nggak paham kenapa yang dipilih kok tangkai daun waru, bukan tanaman lain seperti tangkai daun singkong misalnya. Sampai sekarang masih mikir, apa karena pas dibelah tangkainya keluar lendir yang bikin efektif buat mengeriting rambut secara alami. Hal seperti ini seringnya hanya diwariskan secara turun-temurun tanpa ada penjelasan pasti. Anak zaman dahulu nggak kritis kayak anak sekarang. Misal dikasih tau gini, iya iya aja. Kalau penasaran, kadang nyari jawaban sendiri kagak nemu. Kadang yang nurunin ilmunya ditanya pun kagak paham. Repot kan! Hehehe. Asal bermanfaat nggak papa ya dipakek aja ilmunya.

Pada masa itu pernah hits telenovela Amigos x siempre yang tayang di salah satu televisi nasional Indonesia. Saya juga demen banget nonton telenovela ini. I love you, Santiago! Muehehehe. Nah, waktu itu karakter utama ceweknya, Ana, kan pernah tuh tampil sebagian rambutnya di model curly gitu. Salah satu Penghuni Sarang Clover, si Kelinci sampai tergila-gila dan pengen rambutnya dikeriting kayak gitu. Dulu ada cara lain, katanya pakek koran bisa, cuman saya nggak bisa. Hehehe. Akhirnya pas Kelinci pengen rambutnya dibikin kayak gitu, Kura-kura pun beraksi dengan buka salon dadakan.

Pergilah kami berburu tangkai daun waru. Dulu di lingkungan kami banyak sekali. Di pinggir jalan banyak, di pinggir kali banyak. Waktu mau bikin video keriting alami, kami mubeng nyari cuman nemu satu dan tinggi banget pohonnya. Itu kenapa di video kami cuman bawa beberapa tangkai aja dan karena kesalahan proses pembelahan, hanya lima tangkai yang bisa dipakai. Tangkai yang bisa dipakai nggak sembarangan. Nggak boleh yang terlalu muda pun nggak boleh yang terlalu tua biar gampang dibelah dan diaplikasikan ke rambut. Prosesnya bisa ditonton di sini.





Jadi, hanya dengan bermodalkan tangkai daun waru, pada masa itu, saya bisa mewujudkan keinginan Kelinci, membuat beberapa bagian rambutnya jadi keriting ala Ana Amigos. Hore!!! Tepuk tangan!!! Nah, kalau di video reka ulang (?) karena rambut Kirana agak bergelombang, jadi hasilnya nggak bisa curly banget. Beda ama rambut Kelinci yang lurus rus banget. Kenapa pas bikin video kagak pakek rambut Kelinci aja, Kura? Kelinci udah nikah yew dan nggak tiap tanggal merah atau hari libur bisa sambang ke markas besar. Jadi, mohon maaf kalau di video hasilnya nggak keriting banget. Ini nyari foto Ana Amigos di Mbah Google pas pakek style ada rambut curly-nya juga nggak ada. Heuheuheu.

Kalau mau cobain keriting alami pakek tangkai daun waru baiknya cuci dulu daunnya ya. Karena daun waru ini kan ada macem bulu-bulu halusnya--di sini kami menyebutnya logot--tuh, kalau kena kulit bisa bikin gatal-gatal. Jadi baiknya habis dipotong, cuci bersih dulu baru deh pakek.

Tahan lama nggak keritingnya? Yo nggaklah. Dikeramasin juga balik lagi udah. Efeknya hampir sama kayak rambut di-curly pakek catok, kurang lebih gitu. Kan kalau dipakek keramas langsung balik lurus lagi tuh rambut.

Batangnya berguna, tangkai daunnya bisa buat ngeriting rambut, daunnya juga dimanfaatkan untuk jadi salah satu item yang ada dalam proses mengubur ari-ari bayi. Kalau nanya Google sih di beberapa daerah beda ya! Kalau di tempat kami, pakeknya daun waru dan plis jangan tanya kenapa kok pakek daun waru. Karena di catatan ngubur ari-ari saya udah jelaskan kalau belum nemu jawabannya. Mohon maaf ya, shi-gUi.

Kalau mau baca di Wikipedia, daunnya katanya bisa jadi obat lho! Daun dan bunganya. Cuman di sini saya belum pernah denger obat alami dari daun dan bunga waru. Oh iya, dulu sering liat bunga dari waru ini ada yang kuning, ada yang jingga, dan ada yang merah. Ternyata... baru tahu kalau siklusnya emang gitu. Pas mekar di pagi hari, warnanya kuning cerah. Warna mahkotanya ya. Pas siang, berubah jadi jingga warna mahkotanya. Berganti sore, ganti juga warnanya jadi merah. Itu kenapa dulu bunga waru dijadikan sebagai jam biologi oleh masyarakat. Amazing!

Adakah shi-gUi yang dulu pernah mengeriting rambutnya pakek daun waru? Share di kolom komentar ya! Terima kasih. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews