Wisata Sejarah Di Candi Penataran, Blitar
04:31Candi Penataran
Alhamdulillah tahun ini diberi kesempatan bisa berkunjung kembali ke Blitar. Selain silaturahmi ke rumah saudara, sekalian berwisata. Sebenarnya banyak pilihan wisata di Blitar mulai dari modern kekinian, wisata rohani hingga wisata untuk mengenal sejarah Indonesia. Perjalanan kemarin kembali mengunjungi Candi Penataran.
Kok ke Candi Penataran lagi? Bukannya udah pernah ke sana ya?
Hehehe. Benar sekali. Pada tahun 2018 emang udah pernah ke Candi Penataran. Kenapa balik lagi ke Candi Penataran? Ya karena tempat wisata sejarah begini seringnya bikin kangen. Hehehe. Seperti ketika ke Yogyakarta, walau tiap ke sana udah mengunjungi Candi Borobudur, tetep kalau ke Yogyakarta lagi ya misal diajak ke Candi Borobudur tetep nggak nolak. Ke Yogya tahun 2013 berkunjung ke Candi Borobudur. Waktu dapat kesempatan datang ke Yogya di tahun 2018 pun kembali ke Candi Borobudur. Tetep bikin kagum, tetep bikin terpesona walau bukan yang pertama.
Waktu berkunjung di tahun 2018, sebelum pandemi, jadi ramai banget waktu itu. Banyak wisatawan yang berkunjung, banyak deretan penjual. Berkunjung kembali di tahun 2022 pasca pandemi, banyak hal yang berubah. Yang pertama tentu saja jumlah pengunjung yang datang. Walau kemarin berkunjung di hari Minggu, suasana lumayan sepi. Yang kedua, deretan pedagang di sepanjang jalan menuju area candi udah nggak ada. Dulu kan banyak stan tenda pedagang, kemarin nggak ada. Parkiran pun boleh dibilang kosong, bahkan kami bisa masuk dan parkir tepat di depan area candi.
Karena nggak terlalu ramai, banyak ruang kosong yang bisa dimanfaatkan untuk duduk sekadar melepas lelah. Yang mau selfie pun antriannya nggak begitu, jadi bisa ambil view bagus kalau mau sabar dan datang emang tujuannya untuk hunting foto estetik.
Sistem masuknya masih sama, langsung masuk area lalu lapor dulu ke bagian informasi untuk mengisi buku tamu, lalu donasi seikhlasnya seperti ketika mengunjungi Candi Jago dan Candi Kidal di Tumpang. Setelah itu kita bebas berkeliling candi, mau jalan-jalan doang sambil menikmati indahnya bangunan candi, perlahan sambil mempelajari reliefnya atau sekadar foto-foto, bebas. Tapi, tetep sopan ya!
Areanya cukup luas. Jadi siapkan kaki biar bisa keliling dari ujung ke ujung. Sayang kan udah datang jauh-jauh kalau nggak mengeksplorasi keseluruhan wilayah candi. Setelah masuk area, candi paling depan yang menyambut kita adalah Candi Candra Sengkala. Lalu, ada Candi Naga yang memiliki bentuk unik. Setelah menaiki tangga, di bagian atas ada ruang yang di dalamnya digunakan untuk menaruh sesaji saat melaksanakan ritual.
Bangunan yang paling besar adalah candi utama. Karena suasana lumayan sepi, jadi bisa naik ke atas candi utama dengan mudah. Bisa berkeliling dengan santai juga. Di dekat bangunan candi utama ada bangunan yang bisa dimanfaatkan untuk sekadar melepas lelah dan salat. Toilet juga tersedia di sebelahnya.
Selanjutnya kalau ingin ke kolam atau Patirtaan Candi Penataran harus menuruni tangga yang lumayan bikin kaki gempor. Hehehe. Lu aja kurang fisik, Kura! Di kolam hidup banyak ikan air tawar dari berbagai ukuran. Saya kurang paham jenis ikan apa yang hidup di dalam kolam. Pernah mendengar cerita tentang ikan unik yang menjadi penghuni kolam yaitu ikan yang memiliki bentuk hanya tulang namun hidup dan berenang di dalam kolam. Mungkin ikan ajaib ini nggak sembarang orang yang bisa melihat ya, karena dua kali berkunjung ke kolam saya tidak melihatnya.
Di dalam kolam terlihat beberapa uang koin, hal ini dikarenakan ada kepercayaan melempar uang koin ke dalam kolam sebelum cuci muka diyakini akan membawa keberuntungan dalam kehidupan. Beberapa pengunjung ada yang melakukan ritual lempar koin ke dalam kolam sebelum mencuci muka dengan air kolam yang super bening. Semisal nggak bawa uang koin, dulu bisa tukar di kios yang ada di dekat kolam.
Air dalam kolam disebut sebagai sumber mata air yang tak pernah kering dan dipercaya memiliki banyak khasiat. Jika cuci muka menggunakan air kolam dipercaya dapat membuat wajah awet muda. Ada juga yang membawa air untuk dibawa pulang karena dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tak hanya itu, jika air dipercikan pada barang dagangan pun dipercaya jualan akan laris manis. Zaman dahulu kolam patirtaan digunakan sebagai tempat mensucikan diri sebelum melakukan ritual ibadah di area candi.
Kalau di area candi sendiri penjual sudah berkurang. Seingat saya di tahun 2018 banyak yang jualan, tapi tahun ini udah jarang. Efek pandemi mungkin ya. Tapi dua penjual di area kolam masih ada. Malahan di bawah pohon disediakan tikar dan untuk duduk di sana gratis. Begitu info yang saya dapat dari bapak yang jaga kios tepat setelah tangga. Bapaknya mempersilahkan untuk duduk, gratis tanpa dipungut biaya waktu saya berhenti untuk melihat pohon yang mirip pohon mangga dan sedang berbuah lebat.
"Itu buah pakel, Mbak. Buah penipu itu," kata bapak yang jaga kios. Mungkin kasihan liat saya natap pohon sambil ternggumun-nggumun.
Eh? Buah penipu? Kok bisa gitu?
"Buahnya itu baunya harum, tapi kadang rasanya nggak seenak baunya, ndak seharum baunya. Itu kenapa disebut buah penipu." Bapaknya lanjut menjelaskan.
"Tapi buahnya mirip mangga nggeh, Pak?"
"Iya."
Kalau shi-gUi main ke Candi Penataran dan ke kolam, boleh deh jajan di kios bapaknya. Bisa sambil ngobrol dan tanya-tanya ke bapaknya tentang candi juga. Bapaknya ramah banget. Harga jajanan yang dijual juga standar.
Indahnya teratai ungu masih menghiasi sisi kanan dan kiri jalan menuju area candi. Cantik sekali! Kali ini ketemunya pas hampir kuncup lagi.
Perbedaan yang terlihat mencolok lainnya adalah deretan penjual di sepanjang jalan menuju candi seperti yang saya tulis di atas. Sekarang sepi, nggak ada yang jualan sama sekali. Padahal udah rencana pengen jajan macam-macam. Mas-mas yang jualan kelapa muda dengan cara unik juga udah nggak ada. Padahal pengen liat lagi aksi mengupas kelapa yang unik. Kalau yang jualan oleh-oleh kayak camilan khas Blitar gitu masih banyak. Yang jual kaos dan asesoris juga banyak. Bagi kaum beser juga pasti happy karena banyak toilet tersedia di sepanjang jalan. Tinggal pilih dah mau pipis di mana. Hehehe.
Waktu tiba di area candi mendung, tapi alhamdulillah nggak hujan. Jadi enak banget suasananya buat jalan karena nggak terik. Oya, hampir kelupaan, selalu ada kisah di balik sebuah perjalanan. Pun demikian saat kembali mengunjungi Candi Penataran di tahun 2022 ini. Walau di tahun 2018 udah pernah berkunjung, tetep lupa ama jalannya dan ngandelin Google Maps. Nah, pas mau nyampek lokasi, kami salah belok. Alhasil masuk ke rute yang bukan seharusnya. Seandainya lanjut, rute itu akan membawa kami ke area Syekh Sentono Dhowo (Situs Sentono Dowo) dan Bukit Teletubies. Karena udah terkadung nyasar, saya pengennya mampir ke Situs Sentono Dowo, tapi anggota rombongan yang lain menolak dan memilih putar balik. Akhirnya manut aja. Padahal sayang banget, udah deket lokasinya dan sebenernya itu nyasar yang berfaedah karena nyampek ke situs sejarah sekaligus makam tokoh besar agama islam. Sayang kalah suara. Hehehe. Dan saya baru tahu kalau di Blitar juga ada Bukit Teletubies. Sekian cerita kami. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat.
0 komentar