Kunjungan Makhluk Astral Bertubi-tubi Ke Markas Utama Sarang Clover

04:13

 Markas Sarang Clover Diserbu Hantu Tektekan, Mr. Poci dan Mbak K


(Sumber foto: Pixabay)

Ada apa denganmu, markas utama Sarang Clover? Kenapa mendadak dapat kunjungan bertubi-tubi dari makhluk astral? Mana pada serem semua yang dateng. Heuheuheu.

Pada bulan September kami mengalami kejadian creepy di jalan tol, bulan Oktober kejadiannya malah lebih horor lagi di markas. Oya, video cerita creepy di jalan tol adalah OCS (Our Creepy Story) yang pertama kali mendapat jumlah penonton terbanyak. Terima kasih buat shi-gUi yang sudah berkenan menonton videonya, mendengarkan saya ngoceh. Matur nuwun sanget.

Dari judulnya udah ketahuan ya, makhluk astral apa aja yang nyamperin markas--yang boleh diceritakan ke publik--pada bulan Oktober lalu. Yap, ada tiga makhluk astral yang nyamperin markas selama beberapa hari berurutan yaitu Tektekan, Mr. Poci alias Pocong, dan Mbak K atau Kuntilanak. What the....


Awalnya di hari ketika Tunjung mengunjungi markas setelah beberapa hari absen. Tiba-tiba dia nyeletuk, "Eh! Ada penghuni baru. Masih bersih, putih."

Ketika Tunjung ngomong kayak gitu, langsung bisa nebak bahwa 'penghuni baru' yang disebutkan Tunjung adalah pocong yang biasa kami sebut Mr. Poci. Karena pernah jadi bahasan juga tentang Mr. Poci yang kalau kafannya semakin lusuh menandakan semakin tua umurnya. Jadi kayak udah apa ya, ada paham kalau Tunjung nyebut "masih bersih, putih" adalah kafan yang dikenakan Mr. Poci.


"Nguawur!" Aku langsung mengomeli Tunjung. "Jangan disebut penghuni baru! Emang kamu mau dia menetap di sini? Ngawur arek iki! Pengunjung baru gitu lho!"

"Oh iya iya. Maaf, U." Tunjung segera meminta maaf.

"Tolong segera diurus itu pengunjung barunya, biar nggak lama-lama di markas. Ngeri tahu!"

"Iya. Sebentar, aku kelarin kerjaanku dulu."

Karena masih siang, aman. Nggak begitu bikin merinding disco. Jadi bisa melanjutkan aktivitas dengan nyaman.


Di hari berikutnya, hari keempat setelah Tunjung melihat Mr. Poci di musala, sekitar pukul setengah sebelas malam tiba-tiba dia menelpon. Namun, karena Gembul tidur dalam bilikku dan udah tidur, sedang aku asik mendengarkan musik pakai headset jadi mengabaikan panggilan itu. Tahu-tahu pagi ada panggilan tak terjawab dari Tunjung. Asli nggak ada feeling apa-apa, bahkan suasana malam itu pun terkesan biasa aja, tenang dan damai.

Keesokan paginya, Ibu dan Bapak ngobrol tentang kejadian semalam. Beliau berdua mendengar suara tek tek tek berulang-ulang, seperti suara jendela diketuk. Aku hanya menyimak, kejadiannya katanya sekitar pukul setengah sebelas malam. Berarti pas aku masih terjaga dan pakek headset dengerin musik, alhamdulillah nggak denger. Udah pasti bunyi-bunyian itu bukan sesuatu yang normal atau wajar.

"Itu suara kodok bedindang ngetukin kaca," kata Bapak.

"Nggak mungkin suara kodok bedindang kayak gitu," sanggah Ibu. "Suaranya kayak suara tektekan."

What?? Tektekan?? Si Hantu Tulang?? Apa maksudnya nyamperin markas?? FYI, markas itu mewah alias mepet sawah. Jadi di belakang markas langsung sawah. Nggak heran kalau kodok bedindang kadang masuk markas--seringnya masuk ke kamar mandi--karena bisa loncat tinggi.

"Semalem itu langsung tak buka nako jendelanya, tak intip keluar, sampai tak senteri. Tapi nggak kelihatan kodoknya." Bapak melanjutkan.

Nggak keliatan, tapi kok yakin itu kodok, Aku berbicara dalam hati, tetap menyimak obrolan Ibu dan Bapak soal suara tek tek tek yang katanya terdengar mulai pukul setengah sebelas malam.

"Trus, habis itu kedengeran suara kayak benda berat diseret. Kayak di tembok gitu." Ibu melanjutkan cerita tentang apa yang beliau dengar semalam.

"Nah, gara-gara itu nako jendela terus tak buka, tapi nggak kelihatan apa-apa," Bapak menyambung.

Kalau suara benda berat kayak diseret, pernah dengar waktu markas diteror werewolf. Emang ngeri sih ini.

Bapak emang orangnya pemberani. Jadi kalau ada hal-hal creepy menghampiri, palingan kaget doang tapi ya biasa aja. Dulu di markas lama, waktu nggak bisa tidur seringnya kan api-api, bikin api unggun gitu. Pernah suatu malam disamperin genderuwo yang mau ikutan api-api. Kaget iya, lalu biasa aja dan pamit masuk rumah ke genderuwonya. Cerita lengkap bisa dibaca di buku AWAKE.


Agak siangan Tunjung kembali ke markas, langsung ngomel karena semalam aku mengabaikan panggilannya. Aku pun menjelaskan alasan kenapa nggak nerima panggilan dari Tunjung.

"Aku tuh mau ngasih tahu kamu, biar waspada karena mau ada tamu!" Tunjung masih agak sewot.

"Jadi... suara semalem yang didenger Ibu sama Bapak itu beneran suara Tektekan?" Tanyaku.

"Iyo."

"Astaghfirullah. Alhamdulillah aku nggak denger, padahal aku masih melek. Padahal biasanya walau pakek headset aku masih denger lho kalau ada suara dari luar. Beneran itu di belakang rumah?"

"Iyo."

"Baru kali ini ada Tektekan di belakang rumah walau ada beberapa pohon kelapa."

Konon katanya hantu Tektekan sering terlihat mengitari pohon kelapa. Wujudnya berupa tulang tengkorak dan dua tulang (seperti gambar/logo bajak laut). Bunyi tek tek tek dihasilkan dari dua tulang yang memukul-mukul tulang tengkorak. Hantu ini biasanya baru pergi kalau sudah dipecuti (dicambuk). Dulu di markas lama sering mendengar suara tek tek tek, pernah sebelum magrib dan pernah setelah magrib. Baru ilang setelah salah satu tentangga memainkan pecut atau cambuk. Cerita lengkap juga bisa dibaca di buku AWAKE.

(Sumber foto: Pixabay)


Beberapa hari berikutnya, Tunjung yang kembali mengunjungi markas mengatakan kalau Mr. Poci si pengunjung baru masih ada di markas.

"Kurang ajar kok ancen!" Tunjung yang baru selesai salat zuhur tiba-tiba ngomel-ngomel saat kembali ke ruang tamu. "Moso aku sholat lho ditunggoki sampek mari," lanjutnya menjelaskan saat salat zuhur ditemani Mr. Poci di musala.

Kami hanya diam dan menatap Tunjung, menunggu dia melanjutkan cerita.

"Tapi ora tak reken!" Tunjung duduk bergabung bersama kami sambil mengatakan kalau dia mengabaikan Mr. Poci.

"Jangan diabaikan dong! Kelamaan di sini serem ntar kalau gangguin kami yang stay di markas." Lagi-lagi aku memprotes.

"Iyo, iyo. Bentar lagi." Tunjung kembali menyanggupi.

Kemudian tidak ada pembahasan lagi tentang Mr. Poci dan alhamdulillah keadaan di markas aman.


Sore harinya, salah satu penghuni Sarang Clover berkunjung. Niatnya pengen ketemu Tunjung, tapi keduluan Tunjung pergi. Anak dari salah satu penghuni Sarang Clover yang berkunjung sore itu baru saja membaik usai ditempeli bayi bajang yang nggak sengaja ikut pulang usai si dedek diajak main ke satu tempat wisata yang masih lumayan wingit. Maunya berterima kasih ke Tunjung sekalian ngambil garem buat si dedek, eh Tunjung-nya dah kabur duluan.

Di markas hanya ada kami berempat sore itu, dua orang dewasa, satu remaja dan satu balita. Kami ngumpul di kamar belakang. Saling cerita tentang dedek yang ditempeli bayi bajang sampai demam tinggi dan masuk rumah sakit tapi dokter nggak nemuin penyakitnya. Aku pun cerita soal rentetan kejadian creepy di markas termasuk teror Tektekan.

Saat kami asik ngobrol, tiba-tiba ada suara perempuan tertawa. Suara tertawanya cute, tapi serem. Auto membuat kami berempat terdiam, saling memandang. Dedek balita juga langsung membeku, suasana di sekitar jadi adem nggak enak. Untuk mencairkan suasana biar si dedek nggak takut, seperti dikomando, Rara sama penghuni Sarang Clover yang berkunjung ke markas kompakan nyanyi. Ada suara cewek ngetawain, bukannya baca doa malah nyanyi. Ya emang se-chaos itu kadang keadaan kalau pas ngalamin kejadian creepy. Kita nggak akan pernah tahu bagaimana tubuh kita bereaksi seperti kami yang tetiba kompakan nyanyi padahal nggak dikomando.

Waktu itu suara ketawanya terdengar deket banget, kayak dari sawah di belakang markas. Kalau suaranya deket, berarti dianya jauh. Ya udah, kami tentang, tapi langsung bubaran karena dah surup juga, khawatir kemagriban di jalan. Entah itu Mbak K Muka Creepy yang biasa main ke markas atau siapa, yang bikin kesel, kenapa nongol setelah Tunjung nggak ada di markas.

(Sumber foto: Pixabay)

Malam harinya, rada nggak enak. Udah ngomong ke diri sendiri, lupakan cerita dan pengalaman creepy yang tadi terjadi di markas. Udah, mari kita bobok. Gembul masih tidur di bilikku. Alhamdulillah nggak pakek drama, langsung bobok dan ngorok, lelap. Aku? Karena ini otak kalau malem seringnya nggak jelas, malah keinget cerita dan pengalaman  creepy sore tadi. What the...!!! Berusaha menepis, sambil terus dibuat wiridan. Pelan-pelan makin mengantuk dan mulai terlelap.

Tiba-tiba, pas mau lelap, kaget dan kebangun. Auto liat jendela di atas pintu bilik. What the...!!! Ada sesosok kepala, terbungkus kain putih, kepala pocong di sana. Kainnya yang membungkus putih bersih, tapiii itu wajah dalam bungkusan hitam legam, gosong! Diam menatap ke dalam kamar, membuatku yang terbaring di atas kasur sesak napas, tapi nggak bisa mengalihkan pandangan. Langsung keinget doa pamungkas yang diajarin Nyai dan baca itu berulang-ulang, sampai tubuh bisa gerak dan langsung memeluk Gembul. Khawatir Gembul kaget dan liat juga.

Waktu meluk Gembul masih terus baca doa, napas masih agak sesak sampai dada terasa sakit. Berusaha menenangkan diri sambil terus membaca doa, beberapa saat kemudian napas mulai lancar dan rasa sakit di dada mulai berkurang. Setelah tenang, memberanikan diri melihat ke titik di mana sebelumnya kepala pocong terlihat. Nggak ada apa-apa di sana. Kalau Gembul tidur di bilikku, selalu pakek lampu panjeran/lampu tidur, jadi suasana bilik nggak gelap-gelap amat dan di titik itu udah nggak ada apa-apa. Lega, tapi kemudian nggak bisa tidur.


Keesokan harinya Tunjung kembali ke markas, bukannya nenangin malah bilang, "Sakjane fotoen a, U!"

Anak itu!!! Malah nyuruh motoin kepala pocongnya. Udah nggak kepikiran buat raih hape, bisa lepas dari rasa membeku trus beralih meluk Gembul aja dah alhamdulillah banget. Pasca kejadian masih meyakinkan diri sendiri bahwa itu hanya halusinasi karena efek habis denger cerita tentang kejadian creepy yang berurutan di markas.

Namun, Tunjung berkata, "Kurang ajar memang! Kenapa kalau aku ada di sini, tidur sini, aman-aman aja. Tapi, kalau aku nggak ada di sini, ada aja yang gangguin."

"Mungkin karena tahu kamu lawan tandingnya?"

"Lawan tanding. Anggitmu ate duwel ngunu tah?"

"Ya kan kamu yang bisa liat mereka dan bisa ngusir mereka. Lagian ngapain sih mereka nyamperin markas? Maksudnya, kalau dulu aku mikirnya kan karena kamu stay di sini, jadi mereka mampir karena ada kamu yang bisa diajak komunikasi. Lha sekarang??"

"Bukannya ada kamu?"

"Ha??"

"Kamu lupa ya kalau kamu itu punya tracak adem yang disukai ama mereka?"

"Ih! Nggak mungkin kalau karena aku! Ngawur arek iki! Www"

"Bisa jadi karena markas lagi rusuh, U. Kotor."

Aku pun terdiam. Apakah karena markas juga menjadi tempat usaha selain tempat hunian, makanya jadi rusuh alias kotor karena.....

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews