Akhirnya Bisa Ke Pasar Malam Lagi!

05:21

 Melepas Penat Di Tengah Pasar Malam



Bagi anak yang tumbuh di tahun 90-an, pasar malam bukanlah hal yang asing karena seenggaknya setahun sekali pasti ada yang mampir di lapangan desa. Yap! Pasar malam adanya nggak pasti, biasanya setahun sekali dan waktu tinggalnya... biasanya satu bulan. Mohon maaf kalau salah ya.

Datangnya di bulan apa pun nggak bisa ditentukan, kadang tiba-tiba aja udah ada di lapangan dan beroperasi tiap malam. Kalau murni pasar malam, kebanyakan masuknya gratis, tapi kalau udah digabung sama expo, ada yang masuknya berbayar, ada yang tetep gratis.

Dari zaman kanak-kanak, semangat banget kalau diajak ke pasar malam. Dulu tuh lengkap banget, bisa separo lapangan lebih lahan yang kepakek buat wahana permainan. Banyak jenis permainan yang bisa dicoba seperti komidi putar (ada yang bentuk kuda lengkap dengan keretanya, ada yang bentuk helikopter, dan mobil-mobilan), bianglala, ombak banyu, tong edan/tong setan, kereta api mini, kereta api, rumah hantu, dan banyak permainan berhadiah.

Selain wahana, banyak stan yang menjual pakaian dan makanan. Dulu suka berburu kaos di pasar malam, karena kalau beruntung bisa dapat kaos harga murah dengan kualitas yang lumayan dan gambar yang lucu-lucu. Terakhir beli itu kaos bergambar kartu remi yang berujung nggak dipakek karena terlalu press body. Poor me! Emang nggak bisa nyobain di lokasi, jadi beli karena gambarnya lucu, trus dikira-kira muat. Muat sih, tapi press body, bikin nggak nyaman, jadilah dihibahin ke penghuni Sarang Clover yang mau.

Dulu, menurut saya yang menjadi ikon pasar malam adalah bianglala dan rumah hantu. Dua wahana ini selalu ada di setiap pasar malam. Untuk bianglala, selalu naik, tapi kalau rumah hantu, sepanjang mengunjungi pasar malam belum pernah coba masuk sama sekali. Kenapa? Ngeri aja. Yang jadi hantunya kan manusia, bukan boneka atau patung, nggak kebayang pas lewat tetiba dipegang pundak atau dikagetin, bisa pingsun di tempat. Terlebih ada cerita turun-temurun bahwa selalu ada hantu asli--biasanya pocong--yang ikut nampang di rumah hantu. Ngeri!

Bagi saya khususnya dan Penghuni Sarang Clover umumnya, pasar malam selalu punya cerita. Kami selalu pergi bersama-sama di akhir pekan kalau ada pasar malam. Kalau nggak akhir pekan nggak boleh karena malam harus belajar, jadi seringnya boleh pergi di hari Sabtu atau malam minggu. Biasanya kami janjian ngumpul selepas magrib, lalu jalan kaki rame-rame ke lapangan desa.

Biasanya kami berkeliling dulu satu putaran, melihat-lihat ada permainan dan barang apa saja yang dijual. Setelah puas berkeliling, mulai bermain wahana yang diinginkan. Nggak boleh absen tuh naik bianglala, walau ngantri panjang rela-rela aja. Wahana lainnya yang selalu kami coba bersama-sama adalah kereta api. Jadi dulu ada kereta api yang jalan mengelilingi area pasar malam bahkan sampai area di luar yang agak gelap. Nah, kalau naik wahana ini, kami selalu bawa potongan karet gelang kecil-kecil. Tujuannya buat nggejreti (jepretin) pasangan-pasangan yang demen berdua-duaan di area remang-remang atau gelap. Usil banget emang penghuni Sarang Clover. Kekeke.

Selain rumah hantu, wahana yang nggak pernah saya coba adalah ombak banyu. Ombak banyu jadul tuh serem banget. Terbuat dari kayu dan bentuknya lingkaran, itu diputar sampai aje gile munyernya. Walau banyak yang habis naik, turunnya pada mabok, muntah, wahana ini dulu termasuk wahana populer. Heran dah sama orang-orang yang demen ama permainan ekstrim macem gitu. Kalau nggak salah di JATIM Park I ada wahana ombak banyu tapi versi modern. Seingat saya ada, di deket wahana Pendulum.

Dulu karena penasaran banget akhirnya cobain masuk ke wahana tong edan (tong setan). Ternyata... seru sih! Tapi sepanjang nonton berdoa karena wahananya goyang-goyang mulu pas para pemotornya beraksi. Takut ambruk. Dasar otaknya suka overthinking kura satu ini. Heuheuheu.

Salah satu kebiasaan Penghuni Sarang Clover di pasar malam adalah beli gulo kapuk (cotton candy), lalu jongkok melingkar buat makan itu permen kapuk bersama-sama sambil liat orang-orang lalu-lalang. Ngumpulnya tuh di tengah-tengah, bukan di pinggir. Kalau diinget gini, berasa norak banget yak! Wkwkwk. Tapi, bukan kami doang yang kayak gitu.

Satu hal lagi yang macem jadi kebiasaan kalau ke pasar malam adalah pulangnya beli martabak telor. Entah dari banyaknya jajanan yang dijual, martabak telor tetap yang terfavorit dan entah juga ya, rasanya martabak di pasar malam itu kenapa enak banget gitu lho! Walau pasar malam biasanya ada selama satu bulan, nggak tiap weekend kami datang. Biasanya hanya dua atau tiga kali. Tergantung dana yang dimiliki. Kekeke.

Bulan lalu, dapat informasi dari Linda kalau di Tumpang ada Expo UMKM 2023 plus pasar malam. Semangat dong! Lupa terakhir ke pasar malam kapan, jadi pas tahu ada pasar malam di Tumpang, jadi semangat buat pergi. Sekalian pengen ngenalin ke anak-anak gimana serunya pasar malam. Setelah berunding dengan seluruh Penghuni  Sarang Clover dan sempet gagal karena hujan deras, akhirnya pada hari Rabu, 15 Maret 2023 bisa juga pergi ke pasar malam. Seperti biasa, kami naik miyek aka mikrolet. Hehehe.


Seneng banget! Sejenak bisa melepas penat di tengah pasar malam. Nggak hanya bisa menikmati wahana permainan, tapi bisa melihat bahkan membeli produk-produk UMKM yang menjadi peserta expo. Sambil jalan udah ngincer ntar mau beli apa aja dan yang pasti adalah beli cotton candy yang bentuknya unyu-unyu. Pengen lakuin ritual khas Sarang Clover kalau ke pasar malam di masa lalu. Oya, di tempat kami, dulu pasar malam disebut dengan nama dremulem. Entah asalnya dari mana, tapi orang-orang sepuh selalu menyebut dremulem. Kalau kata Kepala Suku, asalnya dari kata Dry Molen. Karena orang Jawa susah nyebutnya, maka dilafalkan dremulem.

Permainannya lumayan banyak. Segala macam komidi putar ada. Mulai dari mobil-mobilan, helikopter mini, kereta mini sama kereta kuda. Ada semua.



Ikon dari pasar malam, si bianglala juga ada. Cakep bener bianglalanya.


Trus, ini sih katanya ombak banyu ya, tapi saya kurang paham.


Nah, yang beda dari pasar malam zaman dulu, di sini ada kora-kora. Seingat saya, kalau dulu nggak ada kora-kora. Mini kora-kora lebih tepatnya.

(Sumber foto: Prime Eonni)

Nyobain wahana apa aja? Saya hanya cobain bianglala. Hehehe. Ini pemandangan dari atas bianglala. Kalau Rara cobain kora-kora dan ombak banyu juga.


Selain deretan stan peserta expo UMKM dan wahana pasar malam, ada panggung hiburan juga. Waktu kami berkunjung, ada perfomance musik akustik dan pengunjung bisa request lagu. Karena yang lain pada mencar momong anak masing-masing, saya sama Rara stay di depan panggung pertunjukan biar gampang dicarinya. Depan panggung jadi titik kumpul kami. Nah, karena lagu-lagu yang dibawakan lagu di era 90-an, jadi kebanyakan tahu lagunya. Jadi enjoy banget pas nonton. Bahkan sempat diundang untuk ikutan nyanyi ke atas panggung sama MC-nya. Mungkin karena kami keliatan menikmati pertunjukan kali ya. Momennya pas kamera off dan tentu saja kami menolak naik panggung. Hehehe.


Waktu beberapa Penghuni Sarang Clover udah ngumpul di depan panggung, Kepala Suku minta request lagunya Slank - Yang Manis. Majulah salah satu perwakilan ke depan panggung buat request lagu. Setelah menunggu... tiga lagu kalau tidak salah ingat, akhirnya dinyanyikan. Tapi bukan Yang Manis, melainkan Terlalu Manis. Nggak papa,  sama-sama lagu favorit dari Slank. Lagi-lagi diundang buat nyanyi bareng di atas panggung sebelum lagu dimainkan dan tentu aja nggak ada dari kami yang berani maju. Wkwkwk. Tapi pada semangat ikutan nyanyi. Berasa nonton konser. Heuheuheu.

Kalau enjoy banget tuh waktu berlalu nggak berasa banget. Karena nungguin lagu yang di request Rara nggak dimainkan, akhirnya kami memutuskan pulang. Karena kelamaan di depan panggung rencana beli cotton candy unyu jadi gagal. Bahkan karena udah ada pesan warning udah malem dan harus lekas pulang, buru-buru jadi gagal jajan Korean Street Food yang direkomendasiin Linda. Gagal cobain kerak telor juga. Tapi sempet jajan taiyaki. Alhamdulillah. Awalnya dikira Rara itu bungeoppang, ternyata taiyaki. Enak lho ternyata!


Senang sekali bisa pergi rame-rame naik mikrolet lagi. Biasanya kami pergi bareng gini setiap liburan sekolah, ke tempat wisata terdekat. Tapi, sejak pandemi, jadi nggak bisa pergi dan baru bulan Maret kemarin bisa gini lagi ke pasar malam. Menyenangkan dan bisa melepas kepenatan. Walau agak nyesek karena gagal jajan Korean Street Food dan cotton candy. Hiks!

Video singkat di pasar malam bisa ditonton di sini. Kalau nonton konsernya bisa ditonton di sini ya. Ada Kakak Alyn yang semangat menikmati konser. Hehehe.

shi-gUi suka ke pasar malam juga kah? Trus, suka naik wahana apa? Kalau saya, tetep bianglala terfavorit. Boleh share di kolom komentar ya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews