Penderita GERD dan Anxiety Cenderung Melakukan Self Injury?
21:10
Penderita GERD dan Anxiety Cenderung Melakukan Self Injury?
"Eomma, penderita GERD dan anxiety tuh apa bener bisa sampe nyakitin diri sendiri ya? Dan itu bikin lega setelah nyakitin diri sendiri? Namanya self injury?"
Welcome to my curious way!
Apa kabar shi-gUi? Semoga kita semua dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, diberi kelimpahan berkah berupa kesehatan dan kebahagiaan. Aamiin....
Saya benar-benar terkejut ketika salah
seorang teman dekat saya bertanya, "Eh iya Eomma, penderita GERD anxie tuh bisa sampe nyakitin diri sendiri ya? Dan itu bikin lega setelah nyakitin diri sendiri? Namanya self injury?"
Karena mendapatkan pertanyaan itu, saya berpikir ada baiknya jika saya membahas hal tersebut di sini berdasarkan apa yang saya alami dahulu.
Sebelum membahas lebih lanjut, sebenarnya apa sih self injury itu? Dari asal katanya kita bisa mengartikannya melukai diri sendiri. Yap! Benar. Self injury adalah tindakan melukai diri sendiri dengan sengaja. Hal tersebut merupakan gangguan perilaku yang erat kaitannya dengan masalah kejiwaan.
Pelaku bisa saja melukai diri sendiri dengan berbagai media yang ada di sekitarnya seperti senjata tajam. Contoh dari tindakan self injury adalah menyayat tangan atau membakarnya. Tindakan lain bisa berupa membenturkan kepala pada tembok, memukul tembok, atau mencabuti rambut. Yang lebih ekstrem lagi pelaku bisa saja meneguk cairan berbahaya seperti obat nyamuk atau bahkan menyuntikkan racun ke dalam diri sendiri.
Lalu, apa hubungannya GERD dan anxiety dengan self injury?
GERD bisa menjadi pemicu bagi seseorang untuk melakukan self injury. Anxiety yang termasuk salah satu masalah kejiwaan tentu saja tidak perlu diragukan jika bisa menjadi penyebab terjadinya self injury.
Mengapa demikian?
Jika kita membaca informasi tentang apa sih self injury itu, pasti kita akan disuguhi informasi tentang penyebab dari self injury. Self injury merupakan perilaku untuk melampiaskan emosi. Penyebab emosi itu banyak sekali. Contoh yang paling umum adalah karena stres. Stres memang biang kerok pemicu penyakit fisik dan psikis. Selain itu bisa juga karena sedih yang berlebihan, cemas berlebihan, putus asa, merasa bersalah, benci pada diri sendiri, kesepian. Semua gejala yang saya sebutkan itu bisa dipicu oleh GERD saja atau anxiety saja, bahkan bisa karena keduanya.
Kok gitu?
GERD, orang tidak akan pernah tau bagaimana deritanya jika tidak pernah merasakannya. Saya berharap tidak ada lagi orang yang terjangkit penyakit GERD. Aamiin....
GERD memang bukan penyakit berbahaya dan bisa disembuhkan. Akan tetapi fase yang harus dijalani selama proses penyembuhan dari GERD sungguh luar biasa. Sensasi yang dirasakan berjuta. Menguras emosi, tenaga, dan pikiran. Kondisi seperti ini yang bisa menyebabkan penderita stres. Merasa bersalah pada lingkungan sekitarnya, menjadi sedih dan membenci diri sendiri karena merasa dirinya adalah beban bagi orang lain, lalu merasa putus asa dan parahnya lagi kalau sampai depresi. Akibat dari kesemuanya itu yang memungkinkan seseorang untuk melakukan self injury. Mungkin saja ada yang sampai melakukannya. Tapi tidak semua penderita GERD dan anxiety pernah melakukannya.
Di sini saya akan membagi pengalaman saya berhubungan dengan self injury. Masalah ini tidak saya bahas dalam buku saya yang berjudul Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis. Awalnya saya berpikir, nggak usah dibahas. Takutnya malah ntar dicontoh. Tapi setelah mendapatkan pertanyaan di atas, saya jadi mikir. Jika orang yang nggak paham GERD dan anxiety nanya kayak gitu, tidak menutup kemungkinan di luar sana dia pernah melihat atau setidaknya membaca tentang penderita GERD dan anxiety yang melakukan self injury. Karena itu saya akhirnya memutuskan untuk membahasnya dengan harapan bisa memberikan informasi yang bermanfaat.
Jauh sebelum kena GERD, dahulu sekali saya pernah melakukan self injury dengan menyayati bagian dalam tangan saya. Tangan kiri bagian dalam yang sering saya sayat sampai merah-merah bahkan berdarah. Untung bekasnya ndak terlalu kentara bahkan sebagian menghilang. Kalau tidak salah perilaku ini dikenal dengan istilah cutting. Bukan hanya cutting, saya juga pernah hampir bunuh diri. Masa lalu yang kelam memang. Kalau diingat seperti ini selalu membuat dada sesek. Malu dan sedih karena keinget dosa.
Kenapa saya sampai seperti itu?
Tiap individu itu kan beda-beda ya. Ada tipikal orang yang bisa meluapkan emosinya dengan marah-marah, meledak-ledak, tapi habis itu lega ya udah beres. Ada lagi tipikal yang sensitif, tidak bisa meluapkan emosinya, hanya bisa memendam dan berakhir dengan melukai diri sendiri. Saya masuk tipe yang kedua.
Karena tidak bisa meluapkan emosi, hanya terus memendam dan memendam saja. Ketika menumpuk dan meledak, saya merasa sendiri. Tidak diterima lingkungan. Tidak bisa melukai orang-orang yang saya benci. Jadilah saya melukai diri saya sendiri. Sekarang kalau dipikir, waktu itu saya hanya butuh perhatian. Harapannya dengan melukai diri sendiri orang lain akan melihat luka itu lalu merasa kasihan dan memberi saya perhatian. Tapi kenyataannya semua tetap saja cuek. Saya semakin stres dan terpuruk sambil terus melukai diri sendiri.
Alhamdulillah Tuhan masih sayang sama saya dan membantu saya dari kubangan gelap itu. Tapi fase itu terulang lagi. Ada konflik hingga membuat saya stres dan sampai divonis GERD. Fisik dan mental saya sakit secara bersamaan. Saya mengatakan bahwa saya ini sakit. Fisik saya sakit. Tapi nggak ada yang percaya. Bahkan ada yang ngomong, "Palingan dia pura-pura sakit karena malas bekerja."
Fisik udah sakit nggak karuan dari ujung kepala sampai ujung kaki, berjuang sendiri, tapi masih nggak dipercaya kalau sakit. Makin hancur dah hati ini.
Sebenarnya wajar kalau orang nggak percaya orang dengan GERD itu sakit. Karena fisik kami emang terlihat baik-baik saja. Bahkan terlihat sehat. Ada beberapa penderita GERD yang justru berat badannya naik. Kalau saya termasuk yang berat badan turun drastis. Nah, karena kamuflase itu atau tampilan fisik yang terlihat sehat, wajar saja jika orang lain menyebut saya pura-pura sakit.
Sayangnya saat itu saya tidak bisa menerima fakta itu dan berujung putus asa. Saya tidak bisa melukai mereka, akhirnya saya kembali melukai diri saya sendiri. Kembali menyayati tangan kiri saya dengan potongan penebah yang runcing.
Setelah saya dirujuk untuk endoskopi, nyampek rumah nangis kejer karena merasa putus asa. Barulah orang di sekitar saya percaya bahwa saya benar-benar sakit. Akhirnya pada bulan Desember saya full bed rest di rumah. Tidak bekerja sama sekali. Orang tua pun jadi lebih ketat dalam memberi saya perhatian. Takut saya melakukan percobaan bunuh diri lagi.
Saat itu saya murni GERD. Belum ada anxiety. GERD saja pada tipikal orang seperti saja bisa memicu, mendorong diri saya untuk melakukan self injury. Apalagi jika ada anxiety. Kemungkinannya semakin besar penderita bisa saja melakukan self injury. Semua punya peluang melakukan self injury, tapi sangat sedikit sekali yang tidak waras hingga melakukan hal bodoh seperti yang saya lakukan. Pernah ada teman sesama pejuang GERD yang udah kepikiran bunuh diri. Merasa jadi beban dan lelah karena merasa tubuhnya nggak kunjung membaik.
Separah itu memang. Hal yang kami hadapi yang seringnya malah mendapat makian lebay dari orang sekitar.
Di sini saya menegaskan JANGAN MELAKUKAN SEMUA KEBODOHAN ITU. JANGAN MELUKAI DIRI SENDIRI. JANGAN PERNAH BERPIKIRAN UNTUK BUNUH DIRI.
GERD bisa disembuhkan. Percayalah! Jika saya bisa, siapa pun itu pasti bisa. PASTI BISA!
Melukai diri sendiri itu dosa lho! Setiap kali teringat tindakan bodoh itu, saya merasa bersalah pada diri sendiri. Merasa malu pada Tuhan. Diberi titipan tubuh nggak dijaga, tapi malah disakiti. Bersyukur Tuhan sekali lagi mengulurkan tangan untuk menolong saya.
Jadi buat teman-teman yang saat ini sedang berjuang melawan GERD dan anxiety, jangan menyerah! Kalian tidak sendiri. GERD bisa sembuh. Begitu juga dengan anxiety. Ikhlas menerima keadaan. Lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Sabar dan disiplin selama proses penyembuhan. Karena GERD dan anxiety tidak bisa sembuh dengan cara instan. GERD dan anxiety bisa sembuh melalui proses yang rata-rata agak panjang. Kebanyakan 3-6 bulan. Jadi tetap semangat ya!
Buat manajemen stres ke hal positif seperti melalukan hobi atau menulis diary. Menulis diary bisa mengurangi stres yang kita alami lho!
Ketika saya kembali menyadari bahwa tindakan melukai diri sendiri adalah tindakan bodoh dan berdosa, saya menangis sejadi-jadinya. Lalu saya meminta maaf pada tangan saya, rambut saya, tubuh saya. Saya berdosa karena menzalimi mereka.
Ambil nilai baiknya saja dari apa yang saya alami. JANGAN DICONTOH PERILAKU BURUKNYA!
Semoga catatan ini bisa memberi manfaat pada siapa saja yang membacanya.
Versi video Penderita GERD dan Anxiety Cenderung Melakukan Self Injury? Silahkan ditonton bagi yang berminat.
Semangat terus teman-teman yang saat ini sedang berjuang melawan GERD dan Anxiety. Sabar, ikhlas, dan disiplin. Insyaa Allah kita pasti sembuh!
Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Salam sehat.
Tempurung kura-kura, 27 April 2020.
- Kurayui -
0 komentar