Niat Healing Malah Mlungsing

08:59

 Niat Healing Malah Mlungsing



Judul dari tulisan ini adalah quote yang disukai Tunjung ketika saya merilisnya. Kurang ajar bener! Ada temen KO malah diketawain. Heuheuheu.

Mungkin kata mlungsing asing, bahkan mungkin baru kali ini shi-gUi temukan. Saya coba nanya Mbah Google juga nggak nemu. Tapi, kata ini sering kami gunakan di sini, di markas Sarang Clover. Saya kurang paham juga apa kata ini termasuk dalam bahasa Jawa atau hanya bahasa slang yang diciptakan oleh Tunjung. Karena seingat saya, Tunjung lah yang memopulerkan kata ini di markas Sarang Clover.

Mlungsing adalah kata yang menggambarkan kondisi di saat sakit, saat tidak bisa melakukan aktivitas apa pun karena sakit yang amat sangat, bahkan ketika dibuat rebahan aja, masih nggak bisa fokus istirahat karena badan sakit nggak karuan. Keluhan paling dominan biasanya migrain. Tapi di markas Sarang Clover, kata ini lebih menunjukkan kondisi sakit bukan murni karena sakit fisik, tapi lebih ke ada hubungannya dengan mistis atau magis. Saya nggak tahu apa di daerah lain ada penggunaan kata mlungsing. Kalau ada boleh dibagi di kolom komentar beserta artinya ya.


Niat healing malah mlungsing, artinya niatnya bersenang-senang malah sakit. Niat pergi emang buat healing, sejenak me-refresh pikiran, mumpung pas tanggal merah dan ada kesempatan buat keluar, jadi ya sayang banget kan kalau disia-siakan. Rencana healing hari itu sudah disusun rapi dan udah konsul ke Tunjung juga, boleh nggak berkunjung ke tempat ini, ini, dan ini. Katanya, boleh. Karena udah dapat izin, ya udah pergi tanpa ada rasa ragu.

Sebenernya kalau bepergian itu saya selalu doa dan membulatkan niat, niat yang bagus-bagus dan nggak punya pikiran aneh-aneh. Tujuannya biar perjalanan lancar dan aman dari berangkat hingga pulang lagi. Namun, ada kalanya walau udah doa dan udah niat bagus, tapi kadang pas pulang, tetiba migrain. Seperti saat sowan ke Makam Syeh Jalaluddin Lowo Ijo, dalam perjalanan pulang tetiba saya migrain.

Pun demikian dengan perjalanan hari itu. Sesampainya di rumah, habis magrib, tetiba kepala saya migrain. Masih mikir positif, oh mungkin masuk angin dan kecapekan karena tadi pergi naik motor cuman pakek hoodie doang, nggak pakek daleman, sedang tempat yang dikunjungi rata-rata hawanya adem. Hanya butuh jahe hangat lalu istirahat, pasti membaik. Tapi, udah dikasih jahe ama madu anget, udah dibuat istirahat, nggak ilang sakitnya. Oh, kayaknya butuh obat nih. Akhirnya minum obat dan kembali tidur.

Keesokan harinya, terasa lebih baik. Optimis dong! Alhamdulillah udah baikan. Beneran efek masuk angin dan kecapekan. Di kerjaan, tetiba migrainnya datang lagi. Oh, mungkin efek PMS. Karena posisi emang masih fase monster, datang bulan belum selesai. Bertahan dengan menjajikan pada diri sendiri, nanti pulang kerja langsung tidur. Menjelang zuhur, rasa sakit di kepala, migrainnya makin menjadi. Bahkan pundak terasa berat dan di bagian bawah kepala belakang terasa sakit sampai ke ujung kepala. Kayak ada yang nempel, trus nyedot isi kepala gitu. Sakitnya minta ampun. Sampai-sampai harus minum obat lagi dan tidur.

Bangun udah agak enakan, tapi mulai ada perasaan, ini nggak beres. Saya pun menghubungi Tunjung, nanya apa baiknya saya beli degan ijo untuk menetralkan dan memulihkan kondisi. Setelah Tunjung acc, minta bantuan Rama untuk beli degan ijo asli. Alhamdulillah dapet dan langsung dieksekusi. Optimis bakalan baikan setelah ini. Menjelang magrib, rasa sakit yang sama, seperti yang saya rasakan menjelang zuhur datang lagi. Minum air degan ijo lagi dan istirahat. Tidur malam pasca dolen healing itu jadi nggak nyenyak, kalau nggak mimpi buruk, pasti tidurnya kayak apa ya tidur tapi ndak nyenyak, tidur tapi tetep sadar (?).

Besok paginya bangun dengan badan kerasa nggak enak, sakit semua. Tapi, karena migrain udah berkurang, tetep berangkat kerja. Di tengah jam kerja, migrain datang lagi, makin menjadi menjelang zuhur. Nggak tahan, langsung menghubungi Tunjung. Udah minum obat, degan ijo juga, tapi masih sakit aja. Setelah saya jelaskan di telepon, baru Tunjung nggeh kalau di jam tertentu sakitnya menjadi-jadi. Dari ujung kepala sampai leher kayak ketarik, kayak ada yang ngisep. Kalau istilah orang Jawa, dicucup mbunbunane.

Tunjung langsung ngomel lewat video call, "Lha umak nggak bilang lek pas zuhur ama magrib kesakitan."

"Bukannya udah tak tulis di WA tho?"

"Iya tah? Berarti aku yang ndak baca. Hehehe. Maaf ya."

Heuheuheu. Beneran kata yang lain, kalau ama Tunjung mending telepon atau ketemu langsung biar jelas dan nggak ada salah paham.

Karena Tunjung sibuk, jadi dibantu netralisir ama Nyai, dikasih air yang udah didoain juga buat diminum sampai tiga hari. Seperti biasa, lanjut wawancara ke dengan pertanyaan yang selalu sama, "Saya kenapa? Ada yang ngikut pulang kah?"

Nyai menghela napas panjang, lalu bilang, "Bukannya kamu lagi uzur ya?"

"Iya. Tapi udah mau selesai."

"Walaupun udah mau selesai, kan tetep masih uzur! Belum suci! Kamu ini ancen ulo marani gepuk kok! Golek molo!" Nyai agak geram.

"Saya udah minta izin ke Tunjung, udah bilang rutenya ke mana aja." Karena sebelumnya emang udah sebutin rute dan di acc.

"Katanya kamu nggak bilang mau ke situ."

"Sudah dibahas sebelumnya kalau ke situ juga."

"Itu rencana kalian, rame-rame kan? Kamu budal duluan. Pas kamu share foto di grup, aku kaget. Arek iki tekok kene hadakne."

"Saya ke situ karena udah dapat acc!"

"Mbuh wes!"

Kami saling terdiam selama beberapa saat, lalu saya kembali nanya, "Sebenernya saya kenapa, Nyai?"

"Aku liate ada energi yang nempel dan itu ngeri banget. Pantesan badanmu sakit semua. Makhluke tinggi, kurus, putih gitu dan nyremuh pisan." (Nyremuh artinya apa saja dimakan termasuk barang yang kotor).

"Kok serem, Nyai. Saya jadi bayangin dia kayak makhluk tanpa mata di film Pan's Labyrinth."

"Jadi dia emang nempel di pangkal kepalamu. Pantesan lek umak ngrasa sakitnya di situ, sampek ujung kepala. Asli ndek sana rusuh, U."

"Emang masih alas, nggak heran kalau masih banyak penghuninya. Tapi, karena alas, saya pikir penghuninya para peri nan cantik dan baik hati. Rusuh gimana?"

"Sembarang wes ono ndek sana. Banyak yang serem. Ya itu kayak ada yang nggak setuju kalau di situ dibangun tempat wisata."

"Masa ndak izin dulu?"

"Udah. Tapi apa ya, kayak negosiasinya kurang pas, trus ada yang kurang ajar. Makanya beberapa cari gara-gara terus."

"Protes gitu ya? Dan kebetulan saya ke sana, pas lagi dapet pula."

"Nah, iku! Momen e pas."

Menjelang magrib, udah nggak merasakan sakit seperti sebelumnya dan saya langsung mengabarkan hal itu pada Nyai dan Tunjung sambil tak lupa kembali berterima kasih.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews