Main Ke Kota Pahlawan? Yuk, Mampir Ke Ken Park Surabaya!
05:27Ken Park (Kenjeran Park) Surabaya
What an amazing moment! Akhirnya, bisa mengunjungi Kota Surabaya lagi setelah... kurang lebih tiga puluh tahun lamanya. Wow! Lama banget ya! Emang udik banget kok kura-kura satu ini. Kekeke.
Yang saya ingat, ke Kota Pahlawan pernah hanya sekali. Waktu saya masih TK apa SD gitu. Ikut rombongan wisata ke Kebun Binatang Surabaya. Itu pun sepanjang jalan teler karena mabok, jadi nggak tahu apa-apa. Wkwkwk. Payah banget emang jadi orang gampang mabok.
Trus dari tahun kapan ya, 2013 apa 2014 gitu, mau main ke Surabaya naik kereta, sehari gitu. Bahkan udah janjian sama Febry salah satu temen ToppKlass dan mau dianter main-main seharian di Surabaya tapi belum terwujud juga. Pernah juga janjian ama admin-admin cewek GAI (GERD Anxiety Indonesia) juga gagal berangkat karena banjir. Sampai tahun 2022, Westlife konser di Surabaya, keinginan berkunjung kagak terwujud. Hiks!
Ndilalah kersane Gusti Allah, tanggal 18 September 2022 lalu diajak ke Surabaya karena ada satu keperluan. Seneng dong! Apalagi belakangan liat foto-foto Surabaya cantik banget. Itu foto jalan yang dipenuhi bunga tabebuya mekar. Penasaran apa rutenya bakalan lewat jalan itu. Tapi bulan September kayaknya bunga tabebuya bukan lagi musimnya berbunga. Eh, bukannya biasanya mekar dari bulan April sampai September ya? Tapi biasanya puncaknya berbunga bulan Juni-Agustus, kan? Saat cuaca lagi panas-panasnya. Ah, ga tau lah! Yang pasti seneng dan antusias banget diajakin ke Surabaya.
Nggak kepikiran macet lagi sekarang karena ada jalan tol. Perjalanan ke Surabaya pada bulan September pun memilih lewat tol. Pemandangan di kanan dan kiri jalan tol selalu memberikan sajian tersendiri yang memanjakan mata. Salah satu alasan yang membuat saya memilih terjaga sepanjang perjalanan adalah untuk menikmati pemandangan di sekitar jalan. Entah kenapa makin ke sini, kalau ngantuk di perjalanan malah nggak bisa tidur. Kecuali kalau pas minum obat mabok, itu pasti bikin ngantuk nggak tertahankan dan akhirnya tidur. Tapi kadang minum obat mabok pun, malah nggak bisa tidur walau ngantuk. Nguap-nguap aja sepanjang perjalanan. Sekarang punya driver langganan yang bikin perjalanan nyaman tanpa harus minum obat mabok. Hehehe.
Layaknya anak gunung yang turun ke kota, saya pun dibuat terkagum-kagum dengan pemandangan kota. Gedung-gedung menjulang tinggi mulai dari pabrik hingga hunian/apartemen/rumah susun, bahkan bangunan terbengkalai. Benar-benar menikmati perjalanan. Sayangnya tidak semua bisa diabadikan dalam jepretan kamera. Walau tidak melewati jalan yang dipenuhi bunga tabebuya, perjalanan tetap menyenangkan.
Kesan pertama ketika memasuki kota Surabaya, the hot is not public alias panase ra umum. Maklum ya, wong nggunung nang kutho dadi sumuk. Eh? Wait! Salah kalau saya sebut ini perjalanan pertama kalinya ke Surabaya setelah 30 tahun. Karena sudah beberapa kali ke makam Sunan Ampel yang lokasinya juga di Surabaya, kan? Waktu ke Madura juga lewat Surabaya, kan? Tapi untuk trip yang bener-bener khusus tujuannya ke Surabaya aja, ini baru yang pertama kali.
Mana sempet nyasar juga. Udah nanya Google, tetep nyasar. Ternyata eh ternyata, yang ngasih alamat salah. Jadi, nyasarnya kami bukan salah Mbah Google. Kekeke. Waktu nyasar, menemukan pemandangan menarik yang saya pikir nggak akan nemu di Surabaya. Sungai luas yang bersih dan sejuk seperti ini ternyata ada di Kota Surabaya. Setelah drama nyasar karena salah nulis alamat tujuan di Google Maps, alhamdulillah ketemu juga lokasi yang menjadi tujuan utama berkunjung ke Kota Surabaya.
Setelah tujuan dan urusan utama ke Surabaya selesai, masih ada cukup waktu untuk menjelajah Surabaya. Enaknya ngapain? Ke mana? Wisata kuliner, perut masih kenyang. Lalu, Gembul minta ke pantai, pengen liat laut. Akhirnya perjalanan berikutnya menuju Ken Park atau Kenjeran Park. Ken Park ini apakah dulu yang sering saya dengar dengan nama Pantai Ria Kenjeran?? Setelah cek Google, sepertinya beda. Kalau shi-gUi tahu, boleh ya sharing di kolom komentar. Gomawo matur tengkyu.
Untuk informasi HTM ke Ken Park, silahkan googling saja ya! Mohon maaf saya kurang paham karena bukan saya yang bertanggung jawab biaya perjalanan hari itu. Hehehe. Dasar beban! Ngikut doang! Heuheuheu.
Pas masuk area Ken Park, wow! Luas banget ternyata! Mobil bebas masuk sampai ke dalam. Karena all penumpang dalam mobil pada kagak paham gimana tata cara berwisata di Ken Park, jadilah mobil terus melaju sampai mentok. Sepanjang perjalanan dibuat kagum sama areanya yang amat sangat luas sekali pakek banget. Banyak area yang bisa dikunjungi dan yang bikin saya terkejut, banyak area rindang kayak hutan, kayak Kebun Raya yang saya pikir nggak akan saya temui di Surabaya. Seluas itu dan secantik itu, tapi kenapa sepi pengunjung dan kesannya seperti terbengkalai ya?
Setelah melaju sampai mentok, mobil balik arah lagi dan cari parkiran yang teduh. Walau di depan-depan terlihat sepi-sepi aja, makin masuk ternyata makin ramai. Banyak mobil terparkir rapi. Oya, parkirnya gratis. Baru deh di sini kami tahu cara menikmati, berwisata keliling Ken Park adalah menggunakan jasa odong-odong. Eum, saya nyebutnya sih odong-odong. Nggak tahu ya kalau di sana sebutannya apa. Nah, satu odong-odong bisa bawa 7 orang penumpang. Anggota kami ada tujuh, satu anak-anak, enam dewasa, cukup dibawa dalam satu odong-odong. Tur keliling Ken Park naik odong-odong pun dimulai.
Mas-mas yang punya odong-odong baik dan ramah banget. Sembari diantar keliling, kami dipandu dikasih tahu tentang area-area yang kami kunjungi. Bahkan dibantuin kalau mau ambil foto estetik. Sayang masnya nggak kerekam di video bahkan ndak difoto juga. Bisa jadi rekomendasi buat shi-gUi kalau main ke Ken Park, minta antar masnya. Hasil jepretan masnya bagus-bagus. Trus di setiap area, ditungguin main sampai puas. Jadi punya guide sendiri gitu, ndak bingung dah rutenya wisatanya ke mana dulu. Sayangnya air lautnya pas lagi surut. Jadi Gembul belum bisa menikmati indahnya biru air laut dan syahdunya suara deburan ombak.
Ternyata ya, spot yang bisa dikunjungi dan dinikmati banyak banget. Mana rata-rata gratis. Kalau hasil nanya Google, spot yang bisa dinikmati saat ke Ken Park ada Atlantic Ocean, Jembatan Suramadu, Kuliner Khas Surabaya, Kincir Angin Kenjeran Park, Pantai Ria, Pagoda Tian Ti, Patung Naga dan Patung Budha 4 Wajah. Tapi pas di lokasi ada banyak salah satunya Atlantis Land (ini saya kurang paham apakah sama dengan Atlantic Ocean). Karena menikmati pemandangan dari atas mobil dan odong-odong, beberapa lokasi nggak begitu jelas namanya apa. Ada area berkuda juga kalau nggak salah. Dalam tur, kami berhenti di beberapa area.
Pemberhentian pertama di Atlantis Land. Ini nggak tahu dalemnya kayak gimana karena kayaknya pas kami ke sana tuh tutup dan kayaknya lagi, masuk sini ada HTM-nya. Sebenernya nggak papa ada HTM-nya kalau bisa masuk, tapi hari itu kayaknya tutup.
Penemuan menyenangkan di area Atlantis Land adalah banyaknya pohon gada yang tumbuh hingga buat areanya teduh dan sejuk. Nggak hanya itu, biasanya liat buah dari pohon gada ini yang udah jadi buah warna coklat, nah di sini bisa liat bunganya plus buahnya yang masih muda. Sayangnya bunganya yang udah mekar pada layu. Mungkin bunga pohon gada ini termasuk bunga yang hanya mekar semalam. Karena yang saya samperin dah pada layu, nggak ada yang masih mekar fresh gitu. Atau emang bunganya seperti itu ya?
Di area Atlantis Land ini juga ada toilet umum dan gratis. Toiletnya WC duduk semua. Untuk bersihnya bersih, air juga mengalir lancar, agak bau pesing aja. Hehehe. Bilik dalam toilet juga banyak, tapi ya itu WC duduk semua. Tapi masih bisa digunakan wong ndeso macem saya. Kekeke.
Di sekitar area Atlantis Land juga banyak yang jualan minuman, jajanan, makanan, topi bahkan baju. Banyak pula odong-odong yang mangkal. Dari Atlantis Land, lanjut keliling ke area yang saya sebut mirip kebun raya karena banyak pepohonan rindang. Ada bougenville tunnel juga! Cantik!!! Jadi jalanan yang di atasnya itu dinaungi tanaman bunga bougenville yang ditanam dalam bentuk melengkung jadi mirip sama terowongan. Pilihan yang tepat karena bougenville berbunga sepanjang tahun, jadi tunnel atau terowongan ini nggak akan pernah kehilangan pesonanya. Area ini jadi spot favorit buat foto-foto, tapi sayangnya kami nggak berhenti. Mungkin kalau minta berhenti bisa.
Tujuan berikutnya, bagian depannya mengingatkan saya sama bangunan-bangunan di Bali. Tapi, dalamnya ini tempat beribadah. Kalau sesuai panduan di internet mungkin lokasi ini yang bernama Pagoda Tian Ti. Saya ndak nemu tulisan di depan bangunan, mungkin saya yang kurang teliti saat mencarinya hingga nggak ketemu.
Di area ini unik, pas masuk disambut orang cosplay robot, mohon maaf saya kurang paham robot apa. Trus setelah pintu masuk, selain ada cosplayer robot yang lain, ada juga yang pakai kostum Donald Bebek, Micky Mouse dan lainnya. Ketika ada pengunjung datang disambut dengan ucapan selamat datang. Kalau mau foto bareng, gratis katanya. Pas mau pulang juga disambut, dikasih ucapan selamat jalan dan hati-hati di jalan. Ramah sekali.
Begitu masuk langsung disambut megahnya bangunan pagoda. Kalau mau sembahyang, bisa langsung masuk ke pagoda. Kalau nggak, ada jalur khusus untuk menuju ke lokasi berikutnya.
Di jalur masuk yang tepatnya di samping bangunan pagoda, ada tembok yang ada relief-nya. Sepertinya mengisahkan tentang Budha.
Di jalur ini juga ada satu ruangan untuk sembahyang. Saya kurang paham juga karena mamas guide udah menghilang jauh di depan, jadi saya nggak bisa nanya. Lagi-lagi saya ketinggalan rombongan karena sibuk rekam dan moto. Hiks!
Pagoda di depan tadi ternyata ada tembusannya ke belakang yang langsung mengarah ke pantai. Nah, di dalam sana ada banyak cici cantik dan koko tampan lagi sembahyang. Asli cantik-cantik dan ganteng-ganteng cindo Surabaya. Pantesan Om Lee Soo Man kapan waktu sempat main ke Surabaya. Ternyata kemudian muncul info audisi SME di Surabaya dan Malang. Survey lokasi ternyata. Hehehe.
Di pinggir pantai ada patung Dewi Kwan Im dan dua naga. Ralat ya, shi-gUi! Ternyata lokasi ini bukan Pagoda Tian Ti tapi Kelenteng Sanggar Agung Kenjeran. Sekali lagi mohon maaf. Kalau cari nama lokasi emang baiknya pakek Google Lens, pakai foto, jadi lebih akurat.
Di area kelenteng ada beberapa tempat ibadah, salah satunya yang di tepi pantai ini. Area belakang, pinggir pantai memang luas sekali. Kalau tidak salah di sisi kanan, berhadapan dengan tempat di foto ini juga ada bangunan lagi.
Dua naga yang berada di bawah patung Dewi Kwan Im berwarna hitam dan merah. Posisinya persis di pinggir pantai. Kalau air pasang, kemungkinan ombaknya nabrak-nabrak tembok pembatas.
Di bagian bawah, tepatnya di laut yang surut, banyak bunga mawar. Mungkin baru saja ada ritual. Oya, liat kondisi laut lagi surut gini jadi keinget wisata di Korea. Kalau air laut surut, pada turun ke lumpur buat nyari kerang. Kalau liat di video kayak seru ya, tapi ini liat kondisi air surut in real malah berasa ngeri. Ada ikan-ikan yang tersisa pula, masih hidup. Kasihan liatnya. Trus jauh di tengah ada burung bangau, lagi makan ikan mungkin.
Di area kelenteng juga bisa foto bareng dua burung hantu cantik ini. Subhanallah, cantik banget! Kata masnya yang putih cewek dan yang coklat cowok. Ini mereka kan hewan malam, tapi diajak main siang-siang bisa selebar ini matanya. Nggak ngantuk apa ya? Atau udah terbiasa? Astaga! Kepikiran sampai sejauh ini.
Yang cowok, pas dipuji cantik, langsung natap ke arah yang muji kayak gini. Gagah banget, kan! Gemes liatnya! Tapi saya nggak ikutan foto, nggak berani megang juga. Liat mereka jadi keinget piaraan zaman kecil dulu. Burung hantu tapi kecil, warnanya putih. Mati gara-gara sama bocil dikasih makan kodok beracun. Heuheuheu.
Di seberang kelenteng ada lokasi yang bisa dikunjungi yaitu Patung Brahma Empat Rupa. Kalau baca artikel di Google, ada yang menyebutnya Patung Budha Empat Wajah. Di lokasi ini mirip-mirip wisata ala Thailand gitu. Ada patung gajah putih besar. Sayangnya saya tidak mengelilingi seluruh sudut area. Udah gitu hape tetiba gelap aja buat foto dan video. Heuheuheu.
Ada beberapa bangunan lain di area Patung Budha 4 Wajah. Salah satunya bangunan ini.
Ada salah satu artikel yang membahas tentang patung-patung di area Patung Budha 4 Wajah ini berlapis emas asli. Daebak! Keren!
Tur kemudian berlanjut di area pantai. Di pinggir jalan banyak yang menjual kuliner khas Surabaya juga oleh-oleh khas Surabaya yang rata-rata terbuat dari olahan sumber makanan dari laut. Ikan kering alias iwak gerih-nya murah-murah. Ada yang dijual seribu rupiah saja per kemasan. Jadi yang mau makan-makan, wisata kuliner di tepi pantai bisa. Trus mau belanja oleh-oleh juga bisa.
Dari ke semua spot yang disebutkan di atas, berarti saya nggak ke Pagoda Tian Ti, Kincir Angin Kenjeran Park dan Jembatan Suramadu. Jembatan Suramadu, menurut Google Maps emang deket sama Ken Park. Tapi pas di lokasi, saya nggak ngeh sebelah mananya. Sempat juga merekomendasikan untuk nyebrang ke Jembatan Suramadu lalu makan bebek Madura, tapi anggota lain nggak setuju. Hehehe. Akhirnya dari Ken Park, langsung balik Malang. Kembali menikmati pemandangan kota besar. Saat lewat tol disuguhi pemandangan indah lagi. Bisa ditonton di akhir video perjalanan ke Ken Park.
Oiya lupa! Suasana di kelenteng tuh feel-nya berasa kayak Gunung Kawi tapi versi pantai. Trus, kenapa nggak nyobain kuliner khas Surabaya? Biasa tiap berkunjung ke kota lain kan nyari kuliner khasnya atau kuliner legend-nya. Karena kami sepakat buat mengenang masa lalu, nostalgia dengan makan nasi bebek di Pandaan. Tapi pas nyampek lokasi, rame banget. Antrian panjang. Akhirnya kuliner di Pandaan dengan makan di Warung Santai.
One day trip to Surabaya yang menyenangkan. Pas di jalan sih ngarepnya ketemu Koko Steven Wongso atau Cici Jennie Linando gitu pas jalan-jalan di Surabaya, tapi belun rezeki. Ada temen di Surabaya, tapi kalau pergi ikutan rombongan gini, nggak berani ngabarin buat ngajak ketemuan karena khawatir ganggu waktu anggota rombongan. Semoga next time bisa jalan-jalan naik kereta ke Surabaya dan ketemu in real life sama temen-temen yang tinggal di Surabaya. Aamiin. Sekian cerita keseruan berkunjung ke Kota Surabaya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih.
0 komentar