Alhamdulillah Dapat Banyak Oleh-oleh Khas Sendang, Lamongan

05:09

 Oleh-oleh Khas Sendang, Lamongan



Kalau mudik tuh berasa barter barang nggak sih. Kita bawa barang khas tempat tinggal kita, trus pas balik dapat barang khas kampung halaman. Mana dapatnya lebih banyak dari yang kita bawa. Meme on sosmed bener adanya. Kekeke.

Begitu pula yang saya alami saat mudik ke Sendang, Lamongan bulan lalu. Pulang dapat banyak oleh-oleh khas Sendang. Mulai dari bahan pangan alias sembako sampai camilan. Saking banyaknya sampai nggak sempet difoto semua karena keburu disimpan. Makasih banget dulur-dulur atas jamuan dan oleh-olehnya.

Saking banyaknya, jadi ambil tiga oleh-oleh yang menurut saya tuh khas Sendang banget. Bisa juga liat video unboxing & tasting nya.


Waktu sampai di Sendang, salah satu kakak negur saya, "Kok nggak bilang dulu kalau mau ke sini, kalau bilang kan tak buatin--nyebut nama makanan." Katanya, itu nasi kuning khas Sendang. Hehehe. Niatnya ngasih kejutan gitu. Nggak dikabari dulu aja jamuannya aje gile banyaknya, subhanallah, alhamdulillah.

Ada satu kue khas Sendang yang melekat banget dalam ingatan saya. Jadi kalau nyebut makanan khas Sendang yang keinget kue ini dan siwalan. Ini foto lama (tahun 2019), kemarin pas ke Sendang nggak nemu. Katanya, makin ke sini makin jarang orang yang bikin kue ini. Padahal dulu setiap kali ke Sendang, pasti ada kue ini. Sebentar saya nanya Google dulu nama kuenya apa. Hehehe.


Namanya kue jumbrek (jumbreg) khas Paciran, Lamongan. Kue ini tuh enaaak banget. Manis dan gurih. Adonan terbuat dari tepung beras, gula, dan santan, dibungkus daun lontar (daun siwalan) dengan bentuk digulung mirip lepet tapi bentuknya kerucut dan nggak tertutup di bagian atas. Biasanya ada yang diberi potongan buah nangka di bagian atas yang terbuka. Ada yang bilang adonannya mirip kue nagasari, tapi nurut saya pribadi beda rasanya.


Buah siwalan juga menjadi makanan yang melekat banget sama Sendang. Bahkan kalau mudik, ketika udah nemu deretan pohon siwalan (pohon lontar), artinya sudah dekat dengan kampung halaman. Bentuknya kalau udah dikupas kulit luarnya kayak gini. Ini masih ada kulit bagian dalamnya, jadi kalau makan harus dikupas lagi.


Tampilan setelah menempuh perjalanan dari Sendang ke Malang selama 5 jam jadi begini. Agak berubah pada kulit luarnya.


Kalau sudah dikupas, begini tampilannya. Dagingnya berwarna putih bening. Mirip nata de coco, kan? Saya memang sering menyebutnya nata de coco alami. Rasanya tuh kenyal, empuk, dan bagian dalamnya ada sedikit air yang memiliki rasa manis. Mirip buah kelapa ya, bagian dalamnya ada air. Tapi, bukannya mereka memang saudara satu rumpun ya? Hehehe.


Daging buah yang masih mudah empuk dan kenyal, memiliki rasa manis yang khas. Manis tapi ada sensasi rasa asem. Kalau yang udah tua, daging buahnya lebih alot dan bagian dalam nggak ada air. Tapi tetep enak. Hehehe.

Masih berhubungan sama buah siwalan, ada legen yang merupakan minuman khas Sendang. Saya kurang paham gimana prosesnya, tapi air legen didapat dari tetesan air pohon lontar. Bahkan kata salah satu Kakak di Sendang, legen adalah pipisnya pohon lontar. Kekeke. Ada-ada saja.

Legen punya aroma dan rasa yang khas. Jujur, lidah saya kurang bersahabat sama legen. Karenanya jarang sekali minum. Dalam perjamuan saat mudik kemarin, juga tidak ikut minum. Padahal enak lho! Bagus pula untuk kesehatan pencernaan. Apalagi kalau baru dipanen, masih fresh dari petani. Karena melalui perjalanan selama 5 jam, legen yang kami bawa ke Malang mengalami fermentasi. Baunya jadi lebih tajam, rasanya pun lebih tajam plus ada kesan seperti mengandung soda. Itu untuk legen yang masih mentah, belum diolah (direbus). Kalau legen yang sudah diolah, tidak mengalami fermentasi.


Ada kisah unik di balik memboyong legen dari Sendang ke Malang. Kami meletakkannya di dalam ice box, tapi karena legen ini masih mentah, jadi selama perjalanan mulai mengalami fermentasi. Agar aman sampai Malang, harus rajin membuka tutup botol yang mulai menggembung. Jadi, setiap beberapa saat harus dibuka. Setiap kali dibuka, aroma legen menguar memenuhi mobil. Alhamdulillah sampai Malang aman.

Oleh-oleh ketiga berupa kue kering yang sekilas dilihat mirip sama kue satru khas Pasuruan. Tapi kalau versi Lamongan namanya kue kaoya (kue koya kacang hijau).


Dalam satu kemasan berisi banyak kue kaoya dengan berbagai bentuk. Rasanya hampir sama dengan kue satru khas Pasuruan. Bentuknya padat, waktu digigit langsung pecah di mulut, rasa manis gula dan gurihnya kacang hijau pun menyatu dalam mulut. Enaaak!


Selain yang saya sebut di atas, kami juga dapat banyak camilan berbagai macam keripiki. Semuanya enak. Hehehe. Sendang adalah kampung halaman almarhumah nenek yang akan selalu saya rindukan. Semoga tahun depan bisa mudik ke Sendang lagi. Aamiin. Dari empat makanan dan minuman yang saya bahas di atas, shi-gUi udah pernah cobain yang mana? Share di kolom komentar ya. Gomawo matur tengkyu.

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews