Review Korean Movie Kim Ji Young: Born 1982

20:24

Kim Ji Young: Born 1982


Kim Ji Young (Jung Yu Mi) adalah ibu rumah tangga biasa. Dahulu ia bekerja, tapi setelah menikah dan memiliki seorang putri, Kim Ji Young memutuskan berhenti bekerja untuk fokus mengurus anak. Dia menjalani kehidupan layaknya ibu rumah tangga pada umumnya. Suatu hari, Kim Ji Young tiba-tiba bertingkah seolah ia adalah ibunya, kakak perempuannya, dan masih banyak karakter lainnya. Kim Ji Young bertingkah bak orang kesurupan dan membuat suaminya khawatir.


• Judul:
- Global: Kim Ji Young: Born 1982
- Korea: 82nyeonsaeng Kimjiyoung
- Hangul: 82년생 김지영
• Tanggal rilis: 23 Oktober 2019
• Durasi: 120 menit
• Distributor: Lotte Cultureworks
• Bahasa: Korea
• Negara: South Korea

• Catatan:

1. Berdasarkan novel "82nyeonsaeng Kimjiyoung" yang ditulis Jo Nam Joo (diterbitkan pada 14 Oktober 2016 oleh Minumsa).

2. Jung Yu Mi dan Gong Yoo pernah beradu akting dalam film "Silenced" dan "Train To Busan."


• Cast

- Jung Yu Mi:  Kim Ji Young
- Gong Yoo: Jung Dae Hyun
- Kim Mi Kyung: Mi Sook
- Gong Min-Jung: Eun Young
- Kim Sung-Cheol: Ji Suk
- Lee Eol: Young Soo
- Lee Bong Ryun: Hye Soo





Akhirnya keluar juga Indo sub-nya dan bisa nonton film yang lagi banyak dibicarakan di sosial media menjelang akhir tahun ini.

Kim Ji-Young: Born 1982 sebuah film keluarga yang menceritakan tentang kehidupan sebuah keluarga kecil dari Kim Ji Young (Jung Yu Mi) dan Jung Dae Hyun (Gong Yoo). Ji Young dan Dae Hyun dikaruniai seorang putri kecil bernama Ah Young. Sejak memiliki anak, Ji Young berhenti dari pekerjaannya dan fokus sebagai ibu rumah tangga untuk merawat Ah Young.


Dae Hyun mengunjungi psikiater untuk konsultasi tentang Ji Young. Lho? Kenapa? Ji Young tampak baik-baik saja kan? Dia bahagia merawat Ah Young. Dia bahagia dengan kehidupab pernikahannya. Tapi, kenapa Dae Hyun mengunjungi psikiater?



Iya, Ji Young memang terlihat baik-baik saja. Tapi, sebenarnya dia sedang berperang dengan dirinya sendiri yang secara tidak sadar telah mengidap depresi. Ji Young kadang bertingkah aneh dan menjadi orang lain. Ada kalanya dia menjadi ibu kandungnya, ada kalanya dia menjadi neneknya, ada kalanya dia menjadi teman semasa kuliahnya. Tapi hari berikutnya, ia lupa akan semua kejadian itu.

Dae Hyun merasa khawatir dan menemui psikiater. Namun, psikiater meminta Dae Hyun membawa Ji Young agar bisa bertemu langsung dengannya. Tidak bisa mengatakan secara langsung pada Ji Young, permintaan Dae Hyun kadang malah membuat salah paham dan menimbulkan pertengkaran kecil.




Seperti yang banyak dibicarakan di sosial media, film ini mengangkat kisah Kim Ji Young yang hidup di tengah tekanan sosial di Korea Selatan. Sistem patriarki yang masih kental membuat kehidupan antara anak laki-laki dan anak perempuan benar-benar dibedakan. Anak laki-laki hidup sebagai raja, sedang anak perempuan sama sekali tidak dianggap.

Ji Young cantik dan berprestasi. Tapi, ia tidak pernah mendapatkan apresiasi tentang itu semua. Beruntung ia mempunya ibu dan kakak perempuan yang baik yang selalu mendukungnya. Walau sang ayah lebih fokus dan menyayangi si bungsu yang berjenis kelamin laki-laki.

Film ini menggambarkan keumuman dalam kehidupan masyarakat. Seperti kalau nggak kunjung nikah diomongin suruh cepet nikah. Begitu nikah diomongin lagi suruh cepet punya anak. Punya anak cowok diomongin, punya anak cewek juga diomongin. Bukan hanya di Korea, di Indonesia juga demikian kan ya? Dan tekanan seperti itu seringnya datang dari kerabat dekat.

Film ini juga memberikan kita gambaran bahwa depresi itu tidak pandang bulu. Bisa menyerang siapa saja. Contohnya seperti Ji Young. Dia cantik, berprestasi, punya suami tampan dan mapan. Kehidupan juga mapan. Anaknya cantik. Tapi, dia bisa terkena depresi. Uniknya, Ji Young ini justru nggak menyadari jika dia depresi. Dia hanya merasa dirinya lelah dengan lingkungan toxic di sekitarnya. Beruntungnya Ji Young punya suami yang perhatian dan sayang banget sama dia.

Ceritanya simpel. Dae Hyun pengen berbuat yang terbaik untuk Ji Young, tapi yang ada malah Ji Young salah paham. Dae Hyun jadi serba salah. Melelahkan memang. Saya sempet gemes sama Ji Young yang udah dikasih kesempatan berobat ke psikiater malah balik pulang karena biaya pengobatan yang mahal. Hehehe. Tapi, emang Ji Young ini kan nggak sadar kalau dia lagi depresi.



Nonton film ini tuh membuat saya kepedean dengan merasa sebagian dari diri saya tergambarkan dalam film. Orang tua yang lebih sayang pada anak laki-laki, kakak perempuan yang melindungi, tekanan dari kerabat dekat dan masyarakat. Semacam itu lah.

Nonton film ini nggak begitu menguras emosi dan air mata kok. Kayak nonton kehidupan sehari-hari seorang ibu rumah tangga. Tapi, banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik dari film ini. Karena itu film ini saya rekomendasikan untuk ditonton.

Sekian ulasan saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat dan selamat menonton.


Photo by: Hancinema.


Tempurung kura-kura, 22 Desember 2019.
- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews