Review Bakuman Live Action (2015)

15:42

Bakuman



Perjuangan dua remaja SMA untuk menjadi mangaka.


• Judul:
  - Global: Bakuman
  - Jepang: バクマン。

• Tanggal rilis: 3 Oktober 2015
• Durasi: 119 menit
• Genre: Drama remaja
• Distributor: Toho
• Bahasa: Jepang
• Negara: Jepang
• Catatan: Berdasarkan serial manga "Bakuman" karya Tsugumi Ohba dan diilustrasikan oleh Takeshi Obata (pubished terbit pada 11 Augustus 2008 sampai 23 April 2012 oleh Weekly Shonen Jump.

• Pemeran:
   - Takeru Satoh: Moritaka Mashiro
   - Ryunosuke Kamiki: Akito Takagi
   - Nana Komatsu: Miho Azuki
   - Kenta Kiritani: Shinta Fukuda
   - Hirofumi Arai: Kazuya Hiramaru
   - Sarutoki Minagawa: Takuro Nakai
   - Kankuro Kudo: Taro Kawaguchi
   - Takayuki Yamada: Akira Hattori
   - Lily Franky: Sasaki
   - Shota Sometani: Eiji Niizuma


Moritaka Mashiro (Takeru Satoh) tidak ingin mengukuti jejak sang paman untuk menjadi seorang seniman manga. Ia bercita-cita untuk menjadi pegawai kantoran biasa. Namun, semua berubah ketika Moritaka jatuh hati pada teman sekelasnya yang memiliki impian menjadi seiyuu. Gadis itu setuju menikah dengan Moritaka jika kelak sukses menjadi mangaka. Moritaka bersemangat untuk membuat manga dan menerima tawaran sahabatnya Akito Takagi (Ryunosuke Kamiki) untuk memulai membuat manga dan menerbitkannya.



Kembali lagi dengan film dari Takeru Satoh. Tolong jangan protes ya! Karena filmnya udah masuk list tontonan, kan sayang kalau nggak ditonton. Terlebih Bakuman masuk ke dalam daftar film dari Takeru Satoh yang direkomendasikan untuk ditonton. Jadi, mari berbagi kesan.



Moritaka Mashiro (Takeru Satoh) sedang menempuh pendidikan di salah satu SMA. Ia tidak memiliki keinginan untuk mengikuti jejak sang paman yang menjadi seniman manga walau ia memiliki bakat menggambar.



Akito Takagi (Ryunosuke Kamiki) adalah sahabat Moritaka. Ia memiliki ide cerita cemerlang dan ingin menjadi seniman manga. Sayangnya ia tidak memiliki bakat menggambar. Ia membujuk Moritaka untuk bekerja sama dan membuat manga. Ia bertindak sebagai penulis naskah dan Moritaka sebagai ilustrator. Namun, Moritaka terus menolak.



Akito menemukan buku sketsa milik Moritaka dan mengenali gadis yang dilukis Moritaka dalam buku itu. Ketika Akito menggoda Moritaka, keduanya tak sengaja jatuh dari tangga. Buku sketsa milik Moritaka jatuh dan tidak sengaja ditemukan Miho Azuki (Nana Komatsu), gadis yang ditaksir Moritaka.



Azuki memuji hasil gambar Moritaka dan memberinya dukungan. Spontan Moritaka mengungkap perasaannya pada Azuki. Ia menawarkan apakah Azuki mau menikah dengannya jika kelak ia berhasil menjadi seniman manga terkenal. Azuki yang memiliki impian menjadi seiyuu (pengisi suara) pun mengiyakan. Ia berjanji akan menunggu Moritaka dan kelak akan menjadi pengisi suara jika manga karya Moritaka diadaptasi menjadi anime.

Karena perasaannya diterima Azuki, Moritaka pun bersemangat untuk menulis manga. Ia menerima tawaran Akito dan mulai bekerja sama untuk menulis manga. Tujuan keduanya adalah menembus Weekly Shonen Jump. Majalah mingguan yang telah menerbitkan manga-manga terkenal.



Dengan segenap hati dan penuh semangat, Moritaka dan Akito mengerjakan manga pertama mereka. Akito yang membuat alur cerita, Moritaka yang bertanggung jawab menggambar karakter dalam cerita. Keduany menghabiskan waktu liburan musim panas untuk mengerjakan manga pertama, kemudian segera mengirim lamaran ke Weekly Shonen Jump. Keduanya bertemu dengan editor Akira Hattori (Takayuki Yamada). Namun, sayang naskah mereka ditolak.



Moritaka dan Akito tak patah semangat. Terlebih Moritaka sangat ambisius. Menuruti saran Hattori, keduanya akhirnya mengikuti semacam sebuah kompetisi yang digelar Shonen Jump dan akhirnya lolos sebagai salah satu karya terbaik.



Dalam event tersebut, Hattori memperkenalkan para pemenang lainnya pada Moritaka dan Akito. Dimulai dari Shinta Fukuda (Kenta Kiritani) yang arogan dan kata-katanya cenderung kasar. Lumayam tempramen dan terkesan tak punya sopan santun.



Kazuya Hiramaru (Hirofumi Arai) yang terlihat seperti pria tanpa semangat dengan penampilan biasa saja, tapi bisa melahirkan karya yang unik.



Takuro Nakai (Sarutoki Minagawa) yang tak hentinya menangis setelah terpilih menjadi salah satu pemenang dengan karyanya yang unik.



Dalam kesempatan itu, Moritaka dan Akito pun bertemu Eiji Niizuma (Shota Sometani) seorang seniman manga yang dilabeli jenius dengan karya-karyanya yang menakjubkan. Moritaka memiliki ambisi untuk menjadi nomor satu dan mengalahkan Eiji.



Belajar dari mendiang sang paman Taro Kawaguchi (Kankuro Kudo) dan ketiga rekan seangkatannya, Moritaka membulatkan tekad untuk terus berkarya dan mengalahkan Eiji.



Moritaka juga harus menghadapi mantan editor pamannya Sasaki (Lily Franky) yang kini menjadi kepala editor.




Karena saya tidak membaca versi manga dari Bakuman, jadi saya tidak tahu bagaimana versi aslinya. Namun, banyak review yang menyatakan kecewa pada versi live action-nya. Rata-rata mengatakan melencong jauh dari versi manga. Banyak yang menyayangkan karakter Azuki dan Eiji--khususnya--yang terkesan menjadi penjahat dalam film ini.

Kalau saya sebagai penonton awam yang nggak tahu sama sekali sama versi manga-nya, emang sih karakter Eiji tuh nyebelin. Tampilannya memang selalu tersenyum dan ramah, tapi sikap dan kata-katanya sering nyelekit. Bikin hati sakit.



Entah kenapa saya malah dibuat rada ndak nyaman sama karakter utamanya yaitu Moritaka. Malah lebih merasa welcome pada karakter pendampingnya yaitu Akito. Setuju dengan pendapat beberapa penggemar Bakuman yang sudah mengulas film ini, penampilan Takeru Satoh terlalu tua untuk peran seorang pelajar SMA. Pada pembuatan film ini memang usianya udah masuk 26 tahun. Dari segi make up mungkin bisa mengakali penampilannya hingga terlihat lebih pas untuk karakter anak SMA.

Untuk penampilan Ryunosuke Kamiki jujur di sini membuat saya takjub. Pas dengan karakter anak SMA. Pertama tahu dia dari live action Kenshin. Di sini dia benar-benar terlihat seperti anak SMA yang masih labil dan kadang rada alay. Hehehe. Ternyata di dunia nyata Kamiki ama Takeru emang sohiban yak. Pantesan feel-nya Kamiki dapat banget ketika membawakan peran Akito sebagai sahabat dekat Moritaka.



Bagi saya yang buta soal manga dan dunia di baliknya, film ini memberi gambaran bagaimana perjuangan seorang seniman manga untuk menciptakan sebuah karya, beserta usahanya untuk bisa menembus penerbit. Karakter Akito jadi mengingatkan pada diri sendiri. Ketika ide sudah muncul dan mengalir deras, benar-benar tidak bisa ditahan. Kadang tubuh udah lelah pengen istirahat, tapi otak tetap aktif dan nggak mau diajak kompromi. Itu lumayan menyiksa.



Prosesnya kurang lebih sama dengan bagaimana usaha seorang penulis untuk melahirkan karya. Harus ada premis, outline dan sejenisnya. Kalau tidak salah ingat dalam film ini disebut name. CMIIW.

Persaingan ketat untuk menembus penerbit impian, jatuh bangun setelah ditolak beberapa kali, bagaimana usaha editor membantu sang seniman. Semua digambarkan dalam film ini.

Satu hal yang nyantol, manga tidak bisa disebut sebuah manga jika tidak ada yang membacanya. Nonjok banget! Sama halnya dengan karya tulis, novel misalnya. Sebagus apa pun karya itu kalau nggak ada yang baca ya percuma. Pada akhirnya memang pembaca yang menentukan kesejahteraan sang seniman manga atau penulis. Hehehe.

Orang yang demen minta doang ketika temennya nerbitin novel atau komik kudu nonton film ini. Biar tahu gimana perjuangan penulis dan seniman komik selama proses melahirkan novel atau buku komik.



Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Selamat menonton.


Poster & photo by: AsianWiki & IMDb


Tempurung kura-kura, 02 Agustus 2020.
- Kurayui -

You Might Also Like

0 komentar

Total Pageviews